Bulan Januari menjadi bulan kesadaran kesehatan serviks. Ketahui tips mencegah kanker serviks secara dini.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, kasus kanker di Indonesia terjadi sebanyak lebih kurang 330.000 orang dengan kasus terbesar adalah kanker serviks atau kanker leher rahim. Sementara itu, data Globocan menyebutkan, di tahun 2018 terdapat 18,1 juta kasus baru dengan angka kematian sebesar 9,6 juta kematian, dimana 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 6 perempuan di dunia mengalami kejadian kanker. Angka kejadian untuk wanita Indonesia yang tertinggi adalah kanker payudara, yaitu sebesar 42,1 per 100.000 penduduk, dan diikuti kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk.
RS Kanker Dharmais, pada situs resminya menyatakan, bahwa setiap hari 50 perempuan meninggal karena kanker serviks di Indonesia. Kanker serviks adalah kanker terbanyak ke 2 setelah kanker payudara yang diderita perempuan di Indonesia. Yayasan Kanker Indonesia (YKI), menjelaskan, kanker serviks merupakan kanker leher rahim. Salah satu penyebab utama kanker serviks adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Infeksi HPV menyebabkan sekitar 70% kanker serviks dan 80% orang yang aktif secara seksual mengalami infeksi HPV.
Menurut media kesehatan terkemuka, WebMD, kanker serviks terjadi ketika sel-sel di dalam serviks wanita berubah. Serviks adalah struktur yang menghubungkan mulut rahim dengan vagina. Kanker ini dapat mempengaruhi jaringan yang lebih dalam dari leher rahim wanita dan dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh (bermetastasis), seringkali paru-paru, hati, kandung kemih, vagina, dan rektum.
Serupa dengan penjelasan YKI, WebMD menyatakan pula, bahwa sebagian besar kasus kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV), yang dapat dicegah dengan vaksin. Anjuran dari IDAI, vaksin HPV diberikan pada anak mulai usia 10 hingga 13 tahun. Pemberian 2 dosis dengan interval 6 hingga 12 bulan.
HPV umumnya ditularkan melalui hubungan seksual yang tidak aman. Sehingga, menggunakan kondom saat berhubungan seksual dan menjalankan pola hidup yang sehat, menurut YKI, dapat pula mencegah terjadinya kanker serviks. Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi HPV, namun menurut YKI, ada beberapa faktor lain yang diduga terlibat, antara lain:
Kanker serviks tumbuh perlahan, jadi biasanya ada waktu untuk mendeteksi dan mengobatinya sebelum menyebabkan masalah yang serius. Berkat skrining yang ditingkatkan melalui Pap Smear, kasus kematian akibat kanker serviks semakin sedikit setiap tahun. YKI menjelaskan, pada kanker serviks stadium IV angka harapan hidup selama 5 tahun kurang dari 15%. Menurut WebMD, wanita berusia 35 hingga 44 tahun kemungkinan besar berisiko mengidap kanker ini. Lebih dari 15% kasus baru terjadi pada wanita di atas usia 65 tahun, terutama mereka yang belum menjalani pemeriksaan rutin.
Di situs resmi YKI, yayasankankerindonesia.org, dikemukakan bahwa pada stadium awal kanker serviks bisa tidak disertai gejala apapun. Itulah mengapa penting untuk melakukan deteksi dini secara berkala. Beberapa gejala yang mungkin terjadi:
Gejala stadium lanjut kanker serviks bisa berupa:
YKI merekomendasikan beberapa langkah deteksi dini kanker serviks, yaitu:
#1 Pap Smear
#2 IVA (Visual Asam Asetat)
YKI menjelaskan, pada stadium awal, pengobatan kanker serviks melalui operasi pengangkatan sebagian atau seluruh organ rahim, radioterapi, atau kombinasi. Pada stadium akhir, dilakukan radioterapi dan/atau kemoterapi, serta operasi jika memungkinkan. Perawatan paliatif, dilakukan pada kasus kanker serviks yang tidak bisa disembuhkan. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan mengurangi gejala yang muncul.